Tuesday, August 12, 2014

Kutipan cerita daripada Dr. Mustafa Murad

Tubuh Abdullah bin Khabab, sahabat Nabi itu diseret kemudian disiksa hingga tewas. Belum puas, Hubla isteri Abdullah mengalami nasib lebih tragis. Perutnya dibelah dan isinya dikeluarkan. Keluarganya dari anak anak hingga orang tua juga dibantai tidak tersisa.

Begitulah cerita yang saya kutip dari Dr. Mustafa Murad, guru besar ahlussunah Universiti Al-Azhar. Pelaku sadis tersebut adalah Khawarij, kaum pembangkang di zaman pemerintahan Saidina Ali, sepupu dan sahabat Nabi Muhammad. Peristiwa memilukan itu lalu menjadi alasan sahih bagi Saidina Ali untuk memulai operasi ketenteraan menumpaskan Khawarij.

Sesaat sebelum perang melawan pembangkang khawarij di Nahrawan meletus, Saidina Ali mengutus sahabat besar Nabi Muhammad, Abdullah bin Abbas untuk berdialog dan menyelidiki keadaan mereka.

Mari kita dengarkan penjelasan Abdullah bin Abbas tentang ciri-ciri Khawarij, “Mereka adalah kaum yang menakjubkan dalam hal ibadah. Tampak bekas-bekas sujud di dahi mereka. Siang hari mereka berpuasa dan malam hari diisi dengan tahajjud dan membaca al-Quran. Mereka adalah qari dan kaum penghafal al-Quran. Tubuh mereka kurus dan pucat karena banyak berpuasa. Pakaian mereka tampak kasar dan menjauhi dunia. Mungkinkah mereka tersesat?”

Ketika mendengar penjelasan Ibnu Abbas, sambil memandang kejauhan, Saidina Ali menjawab : “Wahai Ibnu Abbas, seandainya tidak ada aku (setelah Rasulullah), maka tidak ada seorangpun yang sanggup dan yakin melawan mereka. Tapi cukuplah sebagai bukti kebenaranku, bahawa esok setelah peperangan, tidak lebih 10 orang dari mereka yang masih hidup, dan tidak lebih dari 10 orang pasukanku yang binasa.”

Ucapan Saidina Ali terbukti. Setelah perang, hanya 7 orang pasukan Ali yang binasa dan hanya 9 orang pasukan Khawarij yang hidup.

Jauh sebelum Perang Nahwaran terjadi, Rasulullah Saw sudah meramalkan kedatangan mereka. Dahulu, di zaman Nabi di Madinah, ada seorang yang jika tibanya waktu solat, dia sudah datang sebelum sahabat nabi datang. Dan masih solat, saat sahabat Nabi pulang. Kagum atas ibadah orang ini, sahabat Nabi menceritakan kepada Nabi. Ketika Nabi melihatnya, Nabi berkata, “Aku seperti melihat bekas tamparan setan diwajahnya.”

Lalu Nabi mendatangi orang tersebut dan bertanya,”Apakah waktu kamu solat, kamu merasa tidak ada yang lebih baik dari dirimu?”

“Benar, “ jawab orang tersebut, sambil masuk ke masjid.

Nabi Muhammad lalu berkata kepada sahabatnya,”Kelak akan muncul kaum dari keturunan orang tersebut. Bacaan al-Quran kamu tidak ada nilainya dibandingkan bacaan mereka, dan solat kamu tidak ada nilainya dibandingkan solat mereka, dan puasa kamu tidak ada ertinya dibandingkan puasa mereka. Mereka membaca al-Quran sehingga kamu akan menyangka bahawasanya Al-Quran itu milik mereka saja, padahal sebenarnya Al-Quran itu akan melaknat mereka. Umatku akan menderita di tangan mereka. Merekalah seburuk-buruknya manusia. Jika aku hidup saat itu, aku akan bangkit melawan mereka.” (Shahih Bukhari/ Muslim)

Jadi, manusia paling buruk dimuka bumi, menurut Nabi Muhammad, ternyata bukanlah kaum pagan, atau kaum musyrik, atau kaum penyembah berhala atau ateis. Ternyata manusia yang paling buruk menurut Nabi, adalah mereka yang justru menjadi ahli ibadah, ahli sujud, ahli al-Quran dan ahli puasa tetapi merasa paling baik dan merasa paling menjalankan syariah Islam. Mereka menganggap solat kita tidak sebanding dengan solat mereka, puasa kita dipandang dibandingkan puasa mereka tetapi saat bersamaan mereka mengkafirkan siapapun yang tidak sependapat dengan mereka. Selain itu, mereka berani menumpahkan darah siapapun yang beroposisi dengan mereka.

Maka jika anda melihat orang beserban dan berjidat hitam kerana banyak sujud, maka anda jangan kagum terlebih dahulu. Perhatikan, apakah dia mudah mengkafirkan orang lain atau merasa kelompoknya yang paling baik? Jika jawabannya ya, mungkin orang tersebut sudah terjangkit virus Khawarij. Mereka adalah manusia yang paling buruk.

Kaum yang merasa paling suci dan paling baik inilah yang diperangi Saidina Ali di Nahrawan. Mereka memang ditumpas habis oleh Saidina Ali, tapi embrio Khawarij abadi.

No comments: